Orang Gundul Mengulang Umrah
Jika orang sudah gundul karena tahalul umrah pertama, lalu ingin umrah lagi, bagaimana tahalulnya, sementara sudah tidak ada rambut?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Penjelasan ini terlepas dari hukum mengulang umrah dalam sekali safar.
Jika ada orang yang sudah Umrah, ketika tahalul dia gundul, lalu keluar ke Ji’ranaha atau ke Hudaibiyah, kemudian Umrah lagi, bagaimana cara dia bertahalul? Sementara sudah tidak ada rambut di kepalanya.
Dalam hal ini ulama beda pendapat,
Pertama, dianjurkan untuk melintaskan pisau atau alat cukur di atas kepalanya.
Ini merupakan pendapat jumhur ulama, dari kalangan Maliki, Syafii, dan Hambali.
Kedua, diwajibkan melintaskan pisau atau alat cukur di atas kepalanya.
Ini merupakan pendapat Hanafi.
Ketiga, tidak dianjurkan melakukan apapun, termasuk melintaskan pisau atau alat cukur di atas kepalanya.
Ini pendapat Abu Bakr bin Daud.
An-Nawawi mengatakan,
إذا لم يكن على رأسه شعر بأن كان أصلع أو محلوقا فلا شيء عليه فلا يلزمه فدية ولا إمرار الموسى ولا غير ذلك لما ذكره المصنف، ولو نبت شعره بعد ذلك لم يلزمه حلق ولا تقصير بلا خلاف لأنه حالة التكليف لم يلزمه، قال الشافعي والأصحاب: ويستحب لمن لا شعر على رأسه إمرار الموسى عليه، ولا يلزمه ذلك بلا خلاف عندنا
Jika di kepala seseorang tidak ada rambut, seperti botak atau sudah cukur gundul, tidak ada denda apapun, tidak bayar fidyah (tebusan) atau melintarkan pisau cukur atau yang lainnya, berdasarkan yang disebutkan oleh penulis (as-Syaerozi). Andai setelah itu rambutnya tumbuh, tidak ada kewajiban untuk menggundulnya atau mencukurnya. Karena ketika waktu tahalul, tidak ada kewajiban bagi dia untuk itu.
Imam as-Syafii dan ulama syafiiyah mengatakan,
‘Dianjurkan bagi orang yang tidak memiliki rambut di kepalanya untuk melintaskan pisau cukur di atasnya, meskipun ini tidak wajib, tanpa ada perbedaan pendapat di kalangan kami.’ (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 8/200 – 201).
An-Nawawi juga menjelaskan perbedaan pendapat di kalangan ulama,
من لا شعر على رأسه لا حلق عليه ولا فدية، ويستحب إمرار الموسى على رأسه ولا يجب، ونقل ابن المنذر إجماع العلماء على أن الأصلع يمر الموسى على رأسه، وحكي أصحابنا عن أبي بكر بن داود أنه قال: لا يستحب إمراره وهو محجوج بإجماع من قبله. وقال أبو حنيفة: هذا الإمرار واجب، ووافقنا مالك وأحمد أنه مستحب.
Orang yang tidak memiliki rambut di kepalanya, tidak ada kewajiban mencukur atau membayar tebusan. Dan dianjurkan untuk melintaskan pisau cukur di atas kepalanya, namun tidak wajib. Ibnul Mundzir menukil ijma’ ulama bahwa orang yang botak, dianjurkan melintaskan pisau cukur di atas kepalanya. Dan ulama madzhab kami menyebutkan riwayat dari Abu Bakr bin Daud, beliau mengatakan, ‘Tidak dianjurkan melintaskan pisau cukur di atas kepalanya’. Tapi dia tidak sejalan dengan ijma’ sebelumnya. Sementara Abu Hanifah mengatakan, bahwa melintaskan pisau cukur di atas kepala hukumnya wajib. Dan yang sesuai pendapat kami adalah Imam Malik dan Imam Ahmad, bahwa itu hukumnya dianjurkan. (al-Majmu’ Syarh Muhadzab, 8/212)
Demikian,
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/29377-orang-gundul-mengulang-umrah-bagaimana-tahalulnya.html